Tuesday, April 19, 2011

Hacking, Bagaimana mengumpulkan Rp.3.000.000.000- (tiga milyar rupiah) hanya dalam hitungan menit...

Pada tahun 2001, seorang ahli IT yang pernah bekerja sebagai team IT khusus pemerintah komunis Korea Utara yang bernama Park Jo Bong, seirng dipanggil Jo Bong tiba-tiba menghilang dan tidak pernah didengar kabarnya hingga saat ini. Banyak dugaan Jo Bong dihukum mati oleh pemerintah komunis Korea Utara karena membelot. Jo Bong diduga telah mengirim blue print “program pemindahan nilai rekening bank” ke puluhan email yang diambil secara random kebeberapa Negara, termasuk pemerintah Amerika Serikat.

Untuk menutupi kebusukan ini (pemindahan nilai rekening secara paksa) pemerintah Korea Utara pernah melakukan pemotongan nominal nilai mata uang Negara-nya secara besar-besaran pada tahun lalu. Hal ini terpaksa dilakukan untuk mencegah terkuaknya transaksi-transaksi illegal dari bank Swiss dan bank-bank besar didunia lainnya yang dilakukan oleh team IT pemerintah komunis.

Berdasarkan informasi yang dapat dipercaya dari seorang informer yang tinggal di Dubai yang tidak lain adalah sahabat Jo Bong yang turut menerima email terakhir dari Jo Bong yang berisikan brue print tersebut. Dia (informer) mengatakan bahwa “blue print perangkat keras dan perangkat lunak telah tersebar ke beberapa email diseluruh dunia, namun tidak semua yang menerima email tersebut mengerti memanfaatkan blue print tersebut”. Sang informer sedang dalam perlindungan pemerintah Amerika Serikat dan PBB. Identitasnya sangat dirahasiakan karena beberapa kali pemerintah komunis Korea Utara mengirim beberapa pasukan elit pemerintah untuk membunuh informer tersebut ketika masih menetap di Dubai. Namun, usaha tersebut tidak berhasil.

Kita harus mengancungkan dua jempol untuk hacker yang satu ini. Seorang hacking lokal (Indonesia) yang telah berhasil memindahkan nilai tabungan dari 3.000.000 (tiga juta) nasabah sebuah bank swasta ke rekeningnya. Dalam hitungan menit dia berhasil mengumpulkan uang sebesar Rp. 3.000.000.000 (tiga milyar rupiah) lebih.


Besar dugaan Hacker ini mengembangkan perangkat keras dan perangkat lunak dari blue print yang dikirim ke emailnya oleh Jo Bong pada tahun 2001. Pengembangan selama hampir 10 tahun telah membuahkan hasil. Perangkat keras yang mudah dibawa kemana saja, serta layanan wireless yang terdapat hampir disemua pelosok dikota besar, sangat mendukung untuk aksi sang hacker.

Teknik yang dilakukan tergolong baru dan sangat unik. Dia (Hacking) memindahkan nilai uang dari setiap rekening nasabah bank sebesar Rp. 1.000- (seribu rupiah) ke rekening miliknya. Dengan nominal yang tergolong kecil tersebut, korban tidak akan pernah menyadari ketika uangnya diambil. Nilai nominal yang dipindahkan pun berada dibawah batas minimum transfer bank, sehingga transaksi illegal ini tidak terdeteksi oleh pengamanan pihak bank.




Sebuah prosesor khusus yang dikembangkan sendiri, serta dikombinasikan dengan perangkat keras lainnya yang terdiri dari jutaan chip pintar dimasukkan kedalam sebuah box yang menyerupai charger laptop sebagai pemancar-penerima sinyal sekaligus membantu pengolah data oleh komputer. Sebuah perangkat lunak juga dirancang khusus yang hanya dapat diperintah dengan suara sang hacker.

Banyak yang menduga perangkat keras ini adalah rangkaian yang pernah dibuat sebelumnya oleh pemerintah Korea Utara untuk memidahkan nilai rekening dari pengusaha-pengusaha korea utara yang tinggal diluar negeri yang tidak mau menyumbang untuk program nuklir Kim Jong.

Perangkat keras tersebut bekerja untuk mengirim sinyal, dengan memanfaatkan energi listrik perangkat keras tersebut mengubah sinyal balasan dari bank target menjadi data informasi. Dari sinilah pemindahan, penduplikatan serta pengiriman data terenskripsi yang dikirim oleh pihak bank keseluruh cabangnya didunia ditangkap lalu di deskripsikan kembali oleh perangkat lunak untuk digunakan oleh hacker





Perangkat lunak ini tergolong susah dikontrol karena bekerja sangat agresif. Setelah menyusupin penyimpanan data pusat, perangkat lunak langsung melakukan pekerjaannya diluar kendali dari sang hacker. Untuk mencegah terjadi hal-hal diluar kontrol, sang hacker menambahkan sistem bunuh diri dan limited action pada perangkat lunak ini. Perangkat lunak diatur untuk memindahkan nilai rekening dalam rupiah sebesar 1.000, jumlah nasabah yang jadi target dibatasi 1.000.000 (satu juta) nasabah untuk sekali penyerangan. Setelah 15 menit perangkat lunak yang telah menyusupin kedalam sistem penyimpanan data pusat bank target secara otomatis dinonaktifkan. Untuk menghilangkan jejak Revo Cleaner aktif secara otomatis untuk melakukan bunuh diri.





Dari informasi terakhir, sebuah rekening Bank BCA 2101272089 melakukan beberapa transaksi yang tidak lazim dimana melakukan tranfer uang ratusan juta rupiah ke beberapa rekening Bank milik LSM dan Yayasan. Tranfer ini tidak biasa karena dilakukan secara random untuk beberapa nasabah diseluruh Indonesia dan dana didalam rekening tersebut membengkak secara tiba-tiba tanpa ada transaksi setoran. Namun pihak Bank tidak dapat menarik dana dari Rek. BCA 2101272089 karena secara hukum perbankan dana didalam rekening tersebut adalah sah serta mendapatkan hak kerahasian penuh. Dugaan sementara hal ini dilakukan berupa bentuk sumbangan untuk daerah-daerah tertinggal dibeberapa wilayah pesisir di tanah air yang tidak diperhatikan oleh pemerintah.

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com